Presiden Iran mendesak polisi untuk bersikap lunak terhadap aturan berpakaian perempuan

Teheran (AFP) – Polisi Iran harus menjaga profil yang lebih rendah dalam penegakan aturan bagi perempuan untuk menutupi tubuh mereka, Presiden Hassan Rouhani mengatakan pada hari Rabu.

Pernyataannya terlihat menepati janji kebebasan sosial yang lebih banyak, landasan kampanye yang memberinya kemenangan mengejutkan dalam pemilihan presiden Juni.

“Jika ada kebutuhan untuk peringatan tentang masalah jilbab (jilbab dan bahu), polisi harus menjadi yang terakhir memberikannya,” kata presiden moderat itu kepada lulusan akademi kepolisian, kantor berita Fars melaporkan.

“Wanita berbudi luhur kita harus merasa aman dan santai di hadapan polisi,” katanya.

Rouhani berpendapat bahwa langkah-langkah yang lebih mendasar harus diambil untuk mengatasi apa yang dilihat oleh lembaga keagamaan sebagai kontradiksi dari aturan berpakaian.

Ini bisa dimulai dengan berkhotbah di “sekolah, sekolah menengah, universitas dan masjid”.

Aturan berpakaian Islami wajib yang diamati di Iran mengharuskan semua wanita untuk menutupi tubuh mereka dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Mereka yang tidak mematuhi aturan menghadapi penangkapan atau hukuman lainnya.

Kepolisian Iran mencakup unit “moralitas” yang bertugas memeriksa wanita di jalan untuk memastikan bahwa pakaian mereka tidak melanggar nilai-nilai Islam.

Rouhani juga menyarankan bahwa beberapa masalah sosial berasal dari ekonomi negara yang sedang sakit, dicekik oleh sanksi internasional yang diberlakukan karena ambisi nuklir Teheran.

“Untuk membangun kesucian dan moralitas di masyarakat kita, kita harus mencabut kemiskinan dan pengangguran,” katanya.

Bulan lalu, ulama Syiah tingkat menengah mendesak polisi untuk menegakkan hukum sambil mengamati martabat manusia dan menghindari “metode ekstrem” pada masalah jilbab.

Presiden yang bersuara lembut, yang mendapat dukungan dari reformis, moderat dan beberapa konservatif, berkampanye untuk lebih banyak kebebasan budaya dan sosial di republik Islam itu.

Pernyataannya datang sehari setelah Menteri Kebudayaan Ali Janati mengkritik rezim sensor buku yang ketat di bawah mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad, seorang garis keras.

“Saya sedih mengetahui bahwa beberapa buku ditolak izinnya untuk diterbitkan hanya atas dasar pendapat pribadi,” kata harian reformis Arman mengutip Janati.

“Saya pikir jika Alquran bukan wahyu ilahi, ketika diserahkan kepada dewan pengawas buku, mereka akan mengatakan beberapa kata tidak sesuai dengan kesucian publik dan akan menolak izin untuk publikasi,” katanya.

Catatan hak-hak sipil dan sensor Iran secara teratur dikritik oleh pengawas hak asasi internasional dan pemerintah Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Cute Blog by Crimson Themes.